Bincang Buku – 12 Menit untuk Selamanya” Karya Oka Aurora: Ketika Waktu Singkat Menentukan Segalanya

 

Menggenggam Harapan, Luka, dan Kemenangan dalam 12 Menit yang Mengubah Segalanya Lewat Novel “12 Menit untuk Selamanya” Karya Oka Aurora







Nabila Ichwani

UGJ-TV, CIREBON — Ada kalanya hidup hanya memberikan kita sedikit waktu untuk membuat perubahan besar. Begitu juga dalam novel “12 Menit untuk Selamanya karya Oka Aurora. Novel inspiratif ini diterbitkan oleh Noura Books pada tahun 2014, dengan ketebalan 343 halaman. Novel ini membawa pembaca masuk ke dalam dunia Marching Band Bontang Pupuk Kaltim, bukan sekadar tentang musik, melainkan tentang perjuangan dan harapan. Novel ini tidak hanya menceritakan latihan dan kompetisi, tetapi juga menyuarakan betapa berharganya waktu singkat dalam hidup ketika diisi dengan kerja keras dan keyakinan yang besar. Dalam novel 12 Menit untuk Selamanya karya Oka Aurora, pembaca diajak untuk menyelami kehidupan empat karakter utama yang berjuang melalui waktu yang sangat terbatas untuk mencapai impian mereka. Melalui kisah mereka, Oka Aurora menghadirkan sebuah cerita yang penuh dengan perjuangan, luka, harapan, dan kemenangan dalam waktu yang sangat singkat, hanya 12 menit.

Bertempat di Bontang, sebuah kota kecil yang mungkin tidak banyak dikenal, cerita ini mengisahkan perjalanan empat anggota Marching Band Bontang Pupuk Kaltim. Mereka adalah Rene, Tara, Elaine, dan Lahang. Empat individu dengan latar belakang dan masalah pribadi yang sangat berbeda. Meski mereka datang dengan luka, beban, dan ketakutan masing-masing, mereka bersatu dalam sebuah tujuan besar yaitu meraih kemenangan di ajang Grand Prix Marching Band (GPMB), sebuah kompetisi nasional yang bergengsi di Indonesia. Masing-masing karakter memiliki latar belakang yang menarik dan mendalam. Rene, sang pelatih dengan idealisme tinggi namun dihantui kegagalan masa lalu, membawa serta harapan dan trauma yang belum sembuh. Tara, penabuh snare drum dengan telinga yang hampir tuli, harus berjuang melawan rasa takutnya, terutama karena kecelakaan yang merenggut ayahnya. Elaine, Field Commander yang terjebak dalam tuntutan keluarga, berjuang untuk membuktikan dirinya kepada sang ayah yang lebih mengutamakan akademik daripada karier musiknya. Sementara itu, Lahang, anak Dayak yang pendiam, dilanda bimbang antara terus berlatih untuk Marching Band atau merawat ayahnya yang sakit. Namun baginya, marching band adalah  mimpi yang tetap layak diperjuangkan.

Novel ini menggali tema-tema perjuangan, harapan, dan keteguhan hati. Setiap karakter membawa kisahnya sendiri, namun mereka bersatu dalam tujuan bersama untuk membuktikan bahwa meski tak sempurna, mereka bisa meraih impian mereka. Oka Aurora berhasil mengemas cerita ini dengan sangat emosional, membawa pembaca untuk merasakan betapa pentingnya setiap detik dalam hidup. 12 menit yang mereka miliki di panggung bukan hanya tentang keberhasilan, tetapi juga tentang keteguhan untuk bertahan dan memperjuangkan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri. Penulisan Oka Aurora mampu menggugah emosi pembaca, dengan karakter-karakter yang terasa nyata dan perjalanan mereka yang menginspirasi.

Ini bukan sekadar novel tentang musik. Ini adalah cerita tentang menjadi manusia. Tentang bagaimana kita, dalam kehidupan yang singkat ini, selalu diberikan kesempatan untuk menentukan “apakah kita menyerah, atau tetap melangkah.”

Jadi, sudah siap menghadapi “12 Menit” milikmu sendiri? Karena bisa jadi, waktu sesingkat itu akan mengubah hidupmu untuk selamanya.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

UGJ-TV

Luar Biasa! Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Swadaya Gunung Jati Sukses Gelar Seminar Budaya yang Hadirkan Pakar Internasional.

“SOUND ART SHOWCASE” Acara Mahasiwa FISIP UGJ Berhasil Digelar Sangat Meriah.